Beras Basah, Segajah, Bintang Laut dan Bulu Babi
16.19.00 |
“Saat langkah kaki semakin jauh, menapaki setapak
bumi Allah yang lain adalah pasti. Meski setapak demi setapak, setidaknya aku
tidak diam kawan. Raga yang semakin jauh
dari rumah bukan berarti aku lupa untuk pulang. Selalu saja ada rindu pada cerita setiap perjalanan, karena ada hikmah
dibalik setiap cerita. Seperti ceritaku, ceritamu dan cerita kami. Tentang
perjalanan, tentang cita dan tentang cinta. Tentang alam, tentang Tuhan, tentang
manusia. Tentang sahabat, keluarga dan tentang kerabat.”(Lathifah
Ratih)
Beras Basah
Mungkin
banyak yang penasaran dengan dua kata yang tidak Asing ditelinga “Beras
Basah”, yang berarti beras yang tidak kering atau basah karena terkena air atau
benda cair. Bukan,..... bukan itu yang aku Maksud kawan, beras basah yang aku
maksud kali ini berbeda. Mungkin banyak yang belum tahu kalau beras basah itu
adalah nama dari sebuah pulau di Kalimantann Timur, tepatnya diwilayah Bontang.
Pulau beras basah yang dulunya hanya menjadi tempat rekreasi terbatas yang
diperuntukkan karyawan dan keluarga karyawan perusahaan Gas yang berkedudukan
di Bontang, seiring berjalannya waktu lambat laun semakin banyak dikunjungi
masyarakaat lokal maupun dari luar Bontang. Keindahannya tidak di ragukan lagi,
selain disuguhi dengan keindahan pantai, pasir yang putih, mercusuar yang
menjulang tinggi dan pemandangan bawah laut yang menakjubkan, sensai perjalanan
yang ditawarkan untuk sampai ke pulau Beras Basah juga tidak kalah serunya.
Jalan yang berliku, mendaki meliuk bagai
ular serta menurun terjal seakan naik roller
Coaster yang kadang harusmembuatku berteriak histeris karena trauma masa
lalu.
Beras Basah Island, Bontang |
Untuk
mencapai Pulau beras Basah dari Kota Balikpapan, tidak butuh biaya hingga
jutaan Rupiah. Berhubung perjalanan kali ini bersama rombongan backpakers
Balikpapan dan gabungan Backpakers Samarinda yang berjumlah keseluruhan kurang
lebih 54 orang, untuk itu mengenai biaya transport darat dan laut dari kota
Balikpapan sampai tujuan dan kembali lagi hanya Rp. 250.000,-/org, akan tetapi belum
termasuk konsumsi selama dua hari satu
malah (2D 1N). Rute dan waktu tempuh yang relatif lama namun tidak membuat
bosan kami lalui dengan diiringi candaan dan nyanyian yang cukup menghibur dan
kadang mengocok perut.
Menikmati pemandangan Pulau Beras Basah |
Perjalanan dimulai
dari penjemputan peserta pada empat titik di wilayah Kota Balikpapan dan satu
titik di Kota Samarinda. Empat titik di Kota Balikpapan yang dimaksudkan
diantaranya, titik pertama Gedung Keuangan di Jl. Jend. A.Yani, kedua Terminal
Balikpapan Permai, ketiga Bandara Sepinggan Balikpapan dan Jalan Soekarno Hatta
KM. 5, sedangkan satu titik di Kota Samarinda yakni di Kompi C (dengar – dengar
namanya itu) . Waktu
tempu dari Kota Balikpapak ke Samarinda kurang Lebih 3 jam dan waktu tempuh
dari Kota Samarinda ke Kota Bontang hingga di pelabuhan Tanjung Laut juga
kurang lebih 3 jam. Sedangkan untuk mencapai Pulau Beras basah dari pelabuhan, dibutuhkan
waktu Kurang lebih 45 menit.
Meski
perjalanan kami sempat terhenti beberapa menit karena something happen pada bus yang kami tumpangi, akan tetapi
alhamdulillah pak sopir yang dan kerneknya yang super berhasil menuntaskan
masalah yang membuat si bus sempat ngambek dan galau #eh. Setelah menjemput
rombongan terakhir yang berjumlah empat orang yang beranggotakan gadis – gadis manis
semua, sang bus yang sempat galaupun melenggang cantik menuju tujuan. Namun lagi
– lagi kami harus berhenti di tengah perjalanan dua kali sebelum tiba di
pelabuhan, yakni saat mengisi BBM (bukan BlackBerry Massanger loh yah) dan
singgah sejenak melepas penat dan menjalankan kewajiban yang beragama Islam.
Melepas Penat sejenak di Pondok Alam |
Pondok Alam |
Sampai juga akhirnya di Pelabuhan |
sebelum menyebrang ke Pulau Beras Basah |
Yuuukkk, Foto Bareng Balikpapan Crews |
Ba’da ashar
kami akhirnya tiba di Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang, setelah sebelumnya
mengambil pesanan makanan dan minuman untuk menu makan siang dan persediaan
untuk makan malam dan minuman selama kami di pulau. Di pulau Beras basah inilah
kami melalui senja, menghabiskan malam dengan berbagai kegiatan yang berkesan.
Mulai dari memasang tenda, menata logistik, makan malam bersama, berkenalan
satu sama lain, bernyanyi dengan diiringi petikan gitar dibawah cahaya bulan,
bercanda, bermain uno, bertukar cerita, bermain ayunan dan menerbangkan lampion
serta banyak hal yang takkan terlupa selamanya.
Mendirikan Tenda |
Malam perkenalan, berkenalan dengan Arya juga dari Samarinda Backpakers |
Menerbangkan Lampion dibawah cahaya Bulan |
Ada beberapa
hal yang harus menjadi point penting yang harus diperhatikan dan di persiapkan
sebelum berkunjung ke pulau ini dengan matang, diantaranya membawa persediaan
air minum dan air bersih yang cukup serta tempat untuk menginap (tenda dan
semacamnya). Alasan utama adalah karena air bersih tidak di sediakan di pulau
ini, ada, akan tetapi terhitung harus membeli seharga Rp. 5.000,- untuk satu
jergen ukuran lima liter.
Yang lagi pada enjoy menikmati angin pantai |
Pengunjung lain yang di hempas ombak, sangat menikmati |
Berpose dibawah mercusuar itu sesuatu |
Segajah, Bintang Laut dan Bulu Babi
Gajah tau? Kalau
“iya”, Berarti tahu dong bagaimana besarnya Gajah? Kali ini aku tidak mau
membahas binatang, tapi membahas pulau yang menurut cerita saat pasang hanya
akan terlihat sebesar gajah, karena itu disebut pulau “Segajah”. Letak pulau
segajah juga masih berada di selat Makassar di wilayah Bontang, Kalimantan
Timur. Jarak Pulau segajah dari Pulau Beras Basah dapat ditempuh dengan
menggunakan perahu atau speedboat. Karena sebuah insiden yang menimpa salah
seorang teman saat berenang di pulau Berasa Basah, terpaksa jumlah anggota
rombongan kami menjadi berkurang dua orang dari jumlah sebelumnya saat kami
tiba.
Dengan menumpangi
dua buah perahu, dua rombongan yang menyatu sampai di pulau Segajah setelah
menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit. Pulau ini juga tidak kalah indahnya
dari pulau beras basah. Jika pulau beras basah mempunyai fasilitas mercusuar,
mushollah, rumah dan pedagang, berbeda halnya dengan pulau segajah, jangankan
fasilitas itu, pohon kelapa sepohonpun tidak akan kita jumpai disana, tapi menjadi nilai
tambah adalah ratusan Bintang Laut yang menghiasi tepi pulau serta terumbu
karang yang dikembangbiakkan sangat dangkal sehingga rombongan yang tidak bisa
berenang pun bisa menikmati keindahan terumbukarang mahluk bawah laut tanpa
harus takut kelelep atau tenggelam.
Bintang Laut yang bertebaran di sepanjang pantai, mungut 1 untuk foto ahh... |
Bulu babi,
dia tidak berbulu akan tetapi berduri, entah mengapa dinamakan bulu babi. Bentuknya
lucu mirip landak akan tetapi sangat nenyakitkan saat terkena tusukannya. Aku tidak
membencinya karena duri – duri tajam yang melindunginya menusuk tepat pada jari
kaki kiriku, aku yang salah karena tidak sengaja menginjaknya karena air yang
menjadi keruh menutupi penglihatanku sehingga mengganggu kedamaiannya yang
sedang bersua dengan kelompok kecilnya. Meski tidak banyak tusukannya, akan
tetapi sakitnya luar biasa sampai ke ubun – ubun. Pertolongan pertama dilakukan
dari salah seorang anggota kelompok pencinta atau peduli terumbukarang (kalau
tidak salah sih itu namanya). Setelah mengeluarkana darah dan racunnya dari
jari kakiku dengan menggunakan minyak kayu putih, rasa nyeri sedikit lebih
berkurang. Tiba – tiba terpikir olehku teman yang mendapat insiden di pulau
beras basah, jika hanya ditusuk duri bulu babi sekecil itu luar biasa sakitnya, bagaimana sakitnya dengan luka yang teman kami alami di pulau beras basah? Sudah pasti lebih dari itu?
Berarti saya harus lebih bersyukur.
Bintang laut jugaaa,,, ^_^ |
Ada Cinta di setiap Perjalanan
Berjalan dipinggir pantai sambil menghitung buih sebelum kemudian hilang tersapu obak |
Sudah menjadi
hukum pasti di setiap perjalanan ada cerita, cerita cinta misalnya. Ada yang
diam – diam suka, ada yang diam – diam mengagumi, ada yang menikmati
perjalanan, dan bukan tidak mungkin ada yang tiba – tiba mencintai, dan juga
selalu ada aku yang mengamati.
Bukan salah
siapa - siapa saat rasa tiba – tiba harus
ada di tengah perjalanan. Jangan salahkan hati yang tiba – tiba menyukai dan
mengagumi. Untuk apa di ciptakan rasa jika hanya hampa, dan untuk apa diciptakan
hati jika hanya selalu dibuat menderita karena luka.. so enjoy your trip, Fokus
to your destinations, make your dreams happen. Belajar, berusaha, berdoa. Mengagumi,
memuji dan menjaga setiap ciptaan Allah yang dititipkan pada kita, bumi yang
luas serta langit yang tidak berujung, terkhusus Indonesia yang sangat indah dan kaya #Salam_Petualang. Salam blogger.
Ballikpapan,
24 September 2013
Lathifah Ratih
http://ratihabdulrazak.blogspot.co.id/2013/09/beras-basah-segajah-bintang-laut-dan.html
Lathifah Ratih |