Aku Setengah Mati Berusaha Melupakanmu Meski Kau Bukan Kekasihku, Tapi Kenangan Itu Mengingatkanku Padamu
18.53.00 |
Sudah selesaikah UAS pertamumu di bangku perkuliahan? UASku sudah
selesai. Semoga IP kita mendapatkan hasil yang menyenangkan. Aku tak
tahu sampai kapan aku berada di posisi seperti ini, berada di posisi
yang dipojokkan. Hatiku pernah merasa hancur ketika aku mendengar dari
teman-teman dekatmu kalau kau sudah mempunyai seseorang yang mendiami
hatimu. Namun untunglah hal tersebut hanya sebatas gosip belaka.
Aku memang pencundang karena belum menyatakan perasaanku terhadapmu.
Tapi itu lebih baik bagiku dari pada mendapatkan balasan yang membuat
air mataku berlinangan. Biarlah rasa ini aku pendam hingga aku tahu
kapan waktu yang tepat untuk melimpahkan seluruh emosi, cinta dan apapun
itu yang berhubungan denganmu.
Kemarin aku lihat kau mengganti Poto Profil BBM-mu, kau terlihat agak
kurusan sekarang. Di foto itu kau sepertinya sedang liburan di lua pulau
Sumatera. Kuharap kau menikmati liburanmu. Aku hanya tidak berharap kau
membawa seseorang spesial selain dari keluargamu.
Sekedar mengingat saja, betapa cepatnya jantungku berdebar ketika
pertama kali aku pulang sekolah di boncengmu. Sungguh momen yang tak
terlupakan bagiku. Banyak pertanyaan yang aku keluh kesahkan, ingin
menanyakan kepadamu, tapi apalah dayaku. Sebagai perwakilan perasaan,
izinkanlah aku bertanya “tahukah kau akan hal ini?”.
Melupakan bukan berarti harus membuang seluruh kenangan yang pernah aku
rasakan bukan? Aku hanyalah manusia biasa yang tak tahu tentang kapan
terjadinya suatu pertemuan dan perpisahan. Sungguh ini suatu hal yang
sulit untuk aku jalani. Inilah yang mungkin disebut dengan “bittersweet” .
Walaupun aku sudah tidak lagi terlalu berharap untuk menjadi seseorang
spesial di hatimu. Namun jangan pernah kau ragukan, namamu tak akan
pernah luput dari doa-doa pengantar sholatku dan tentunya dibarengi
dengan doa kepada orang tua dan diriku.
“Ich liebe dich” kalimat yang kau ucapkan pada tanggal 16 January 2015
masih tertulis jelas di dalam buku catatan diaryku. Seperti yang aku
sebutkan tadi, “melupan bukan berarti menghapus”. Aku akui, aku telah
berusaha setengah mati untuk menyadari bahwa kelak kau takkan menjadi
milikku. Kalaupun aku masih bisa untuk mengumbar harap, aku sangat
berharap kelak kau menyempatkan datang ke dalam mimpiku. Terimakasih.