Jangan Pernah Sebut Aku Sebagai Wanita Perebut Lelakimu
11.32.00 |
Sungguh tak pernah terbesit dalam benakku walau cuma sekali. Pertama
kali dia datang dengan menawarkan sejuta harapan indah kepadaku hingga
membuatku melambung jauh ke langit yang tertinggi. Dia yang
menyembuhkanku dari luka. Iya, luka yang masih basah karena kegagalanku
membangun mahligai cinta bersama dia yang lain, yang juga dulu pernah
datang menawarkanku mimpi-mimpi indah untuk hidup bersamanya.
Pertemuan ini bermula dari perasaan senasib karena saat itu kita sama-sama baru terluka oleh pahitnya cinta
Waktu kamu datang kepadaku, kamu menceritakan betapa terlukanya dirimu
saat hubungan yang telah kau rangkai selama 7 tahun bersama wanitamu
harus kandas karena dia pergi begitu saja meninggalkanmu. Aku yang saat
itu juga sedang dirundung pilu karena baru saja dikecewakan oleh pria ku
merasa iba kepadamu.
Saat itu yang kupikirkan adalah mengapa ada wanita yang tega berlaku
sedemikian rupa pada orang yang tulus mencintainya, sedangkan aku disini
tak henti-hentinya memohon kepada tuhan untuk mengirimkanku pria yang
tulus dan benar-benar menyayangiku apa adanya. Dari situlah aku merasa
kamu adalah pria baik-baik yang tidak akan pernah sampai hati
menyakitiku karena aku tahu betul kamu lebih mengerti definisi dari rasa
sakit itu dibanding aku.
Kamu memperlakukanku dengan amat sangat istimewa sehingga membuatku berani memutuskan bahwa kamulah takdirku.
Meski waktu kebersamaan kita belum setara bila dibandingkan dengan dia
yang pernah bersanding denganmu, namun kamu memperlakukan ku sebagai
seorang wanita yang teramat kau cintai . Tak usah lagi kujelaskan
panjang lebar apa saja yang telah kau berikan untuk ku, yang jelas kamu
sempat membuatku merasa menjadi wanita yang paling beruntung didunia
ini.
Bahkan dengan gagahnya kau memperkenalkan diri di hadapan kedua
orangtuaku sebagai priaku. Tak hanya terhadapku, kau juga telah
menghembuskan angin harapan itu kepada kedua orang tuaku. Kala itu aku
ingat betul bagaimana senyum itu tersungging di bibir ayahku, betapa
bahagianya beliau saat itu karena telah hadir sosok pria yang akan siap
mengambil alih peran nya untuk menjaga putri terbaiknya ini.
Karena Cinta Tak Harus Selalu Memiliki, Mungkin Demikian Akhir Kisah Kami.
Semua harapan itu sirna seketika saat dia kembali datang di kehidupanmu dan memintamu untuk kembali padanya
Entah aku harus menyebut itu kehidupanmu atau kehidupan kita. Yang
kutahu adalah dia kembali datang kepadamu saat hari-harimu sudah terisi
olehku yang katanya adalah wanita yang juga amat sangat kau cintai.
Namun satu hal yang tidak aku mengerti dan tidak akan pernah bisa aku
mengerti. Kamu dengan sukarela kembali membuka pintu hatimu untuknya.
Bukannya di hatimu itu sudah ada aku? Kau bilang kau telah menghapusnya
dari kehidupanmu?
Namun mengapa kau menerimanya kembali dan menyambutnya dengan perlakuan
nan istimewa saat dia menginginkan jatuh kepelukan mu lagi? Lantas
selama ini kau anggap aku apa ? Bagaimana dengan diriku? Bagaimana
dengan nasibku? Bagaimana dengan draft-draft rencana bahagia kita yang
telah kita susun sedemikian rupa yang sedang antri untuk kita
realisasikan? Dengan mudah kamu bilang, "Maaf, tapi dia pernah singgah
di hatiku lebih lama dibanding kamu, aku tidak bisa melepaskan nya
begitu saja."
Lantas tidak ingatkah kamu bagaimana dia mencampakkanmu saat itu?
Bagaimana kamu menjelek-jelekkannya di depanku, di awal pertemuan kita?
Aku masih ingat betul bagaimana kamu saat itu meminta belas kasihan
kepadaku dan memintaku menjadi penawar lukamu untuk melupakan segala
kekejian yang telah dilakukannya olehmu. Padahal aku telah sukarela
membasuh lukamu dengan segenap hatiku dan berusaha menerima mu yang pada
saat itu datang kepada ku dalam keadaan yang sudah tidak lagi utuh.
Kini, Aku dicap sebagai wanita perebut laki-laki orang.
Sungguh malang betul nasib ini, karena ketidakcakapanmu dalam menentukan
pilihan, karena labilnya sifatmu itu, kini aku yang harus menjadi
kambing hitam dari permasalahan ini. Wanitamu datang menghinaku,
mencaciku dan menudingku telah merebutmu darinya. Tidak masuk akal
memang, namun inilah kenyataan pahit yang kudapat saat ini.
Wahai Para Kekasih yang Ditinggal Nikah, Lakukan 5 Hal Ini Supaya Kamu Bahagia
Dan kamu hanya bisa menyaksikan aku terluka karena wanitamu dari
kejauhan. Saat aku minta pertanggung jawabanmu , kamu malah memintaku
sebagai wanita keduamu. Sontak aku tak habis fikir denganmu, kau
menginginkan aku dan dia sama-sama bersanding denganmu menjadi pelayan
setiamu. Jelas aku tak mau diperlakukan seperti itu, dan apabila ayahku
tahu pastinya dia tidak akan pernah rela jika putri nya harus dijadikan
ban serep oleh lelaki sepertimu. Bukan nya aku memandang rendah status
wanita kedua tapi jujur aku belum sanggup dinobatkan dengan gelar itu.
Teruntuk kalian berdua, kini aku sedang menguatkan hati ini untuk
merelakan dan mengikhlaskan segala yang terjadi atasku. Tidak adil
memang, namun aku percaya tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih
indah untuk ku. Namun satu hal yang kuminta dari kalian berdua ,
kembalikan nama baikku. Aku bukan lah wanita perebut laki-laki orang,
seperti yang wanitamu pikir dan ia gembor-gemborkan setiap hari kepada
orang-orang di sekitarnya.
Di sini aku adalah korban dari ketidakmampuanmu dalam mengambil
keputusan dan menentukan pilihan. Aku rela pergi dari kehidupan kalian
hanya dengan berbekal luka yang telah berubah menjadi palung di dalam
dada. Dan untukmu pria yang sampai saat ini masih aku cintai, jagalah
dia, dia yang sekarang akan mendampingimu. Dan jangan sampai ada korban
sepertiku lagi kelak di lain hari.
Selamat berbahagia kuucapkan untuk kalian berdua.
--Hipwee--