Kamu adalah Juaranya Untuk Melupakan
11.25.00 |
Satu, dua, tiga… Detik menjelma, menit menjelma, jam menjelma hingga
tahun menjelma. Entah berapa rangkap lagi, berapa jelma lagi yang harus
dilalui dengan sayat-sayat luka. Si tinggi, si tampan, si jelek, si
alim, si biasa hingga si luar biasa. Sekali lagi, entah berapa si lagi
yang akan sekedar kuberi senyum manis, bukan hati. Aku hanya sedang
dilema, hati? Hati siapa yang akan kuberi ? Hati yang tersayat ini?
Untuknya cintanya ? Ah, tak adil kurasa. Jadi, sekali lagi maaf, dan
maaf lebih baik begitu kurasa.
Satu, dua, tiga. Ah, ini undangan keberapa yang kuterima ? Bahagia, alah
tak dapat kupungkiri ada rasa sesak yang masuk lewat tiap huruf yang
kubaca diundangan tadi. Aku benci momen ini !
Hei sudah tidur ya?
Selamat malam sayang. Kalimat abstrak yang kutatap setiap pagi di layar
handphone. Dan kini aku merindukan kalimat itu, kalimat yang sudah
hampir tiga ratus delapan puluh lima hari, tak kubaca tak kutemui.
Minggu pagi, pagi ini aneh. ya, aneh! Ada rindu yang mungkin sudah tak
terbendung, kulewati setiap jalan yang dulu kita lalui, entah ku
pelankan speed boat ini, ku hirup perlahan udara pagi ini, dengan harap
ada kamu di sini. Berhenti sejenak, ya ku berhenti tepat di tempat itu,
tak perlu kujelaskan bukan? Amang-amang ketoprak itu menanyakanmu
padaku? Jawabku? aku tersenyum seakan-akan ada sesuatu yang menggumpal
dikerongkongan, tak dapat ku bicara walau sepatah.
Sosial media..
Wanita patah hati lebih jago stalk dari pada seorang FBI sekalipun. Tiap
jarum di jam itu berputar tak pernah kulewati tanpa melihatmu, sering
aku curi-curi alasan agar bertemu atau sekedar tahu kabarmu.
November..
Wajah baru menghiasi sosial mediamu..
Yes, you can.
Ya, kamu mampu melupakan. Kamu mampu menghapus, kamu mampu… Selamat…
Menggali "lagi" , mengubur "lagi" . Satu mimpi yang kini benar benar tak
akan terwujud, kugali dan kubenamkan impi itu. Aku, pergi.
Kisah Kita Cukup Sampai Di sini karena Kau Telah Menyekutukan Cintaku.