Jika Sudah Waktunya, Aku Yakin Kita akan Dipertemukan dengan Bahagia
21.20.00 |
Ini kata-kataku. Anggap saja
saya sedang berusaha menyampaikan apa yang bibir tak mampu lisankan. Dan
tentu saja Tak semua orang perlu mempercayainya apalagi menyepakatinya.
Setidaknya memahami setiap guratan yang tertoreh di dalamnya.
Yah, Barangkali itulah yang membuat kita jadi berdebar pada apa yang sebentar.
Adakalanya ketika hatimu sedang berjuang untuk sembuh, Allah akan selalu
mengujinya. Bahkan berkali-kali, ia hujamkan rindu ke ulu hati. Padahal
Dia tahu, kamu sedang berusaha memantaskan diri, memantapkan hati
kembali pada satu tujuan yang paling hakiki. Janjinya yang pasti. Namun
Allah mengujimu dengan selalu menghadirkan dia yang pernah menjadi
harapan. Memutar kembali ingatan-ingatan tentang masa yang pernah
membuatmu bahagia.
Bahkan jiwa yang pincang ini semakin merisaukan angka-angka yang mulai
bertambah dalam hitungan dunia. Mempertanyakan setiap takdir Tuhan.
Ya, saya mengerti mereka yang sedang berbahagia sering melontarkan
pertanyaan 'Kapan'. Seolah hidup hanya berhenti pada satu tujuan;
Pertemuan dengan jodoh. Lalu diri menjadi terfokus pada satu pilihan;
Jodoh. Menjadi buta pada yang paling dekat; Mati.
Kamu juga tidak harus mempercayainya atau menyepakatinya juga.
Seringkali ketika mencoba memulai selalu berakhir sebelum sampai. Yah,
masa-masa penyembuhan sekali lagi harus hati alami kembali. Tertawa
serta guyonan dari mereka yang sudah merasa paling bahagia kerap kali
menoreh luka.
Begitulah kehidupan yang sesungguhnya yang Allah inginkan kamu hadapi.
Kenapa kamu lagi? Karena Allah tahu kamu mampu. Kamu mungkin akan
berasumsi bahwa saya terlalu sok kuat. Tidak. Maaf. Saya tidak sekuat
itu, Terkadang hanya ingin terbiar jatuh, terkadang hanya ingin
mengumpat dan mengeluh. Tapi, saya tidak ingin kalah pada satu kata
‘LELAH’ saya ingin terus berlari, lalu berhenti dan mendapati hati
tertawa setengah mati. Sebab menertawakan kesedihan bukan menangisinya.
Penolakan hanya nama lain bahwa kamu sedang salah jalan.
Saya tidak ingin menanamkan benci pada hati untuknya, bagaimana mungkin saya membenci dia yang pernah dilayani oleh hati?
Saya lebih memilih mendoakan kebaikan baginya selalu. Agar hatinya kokoh
dan kuat kala badai. Yah, Mencintai tak harus menyakiti diri juga hati
bukan?
Apakah sekarang saya merasa kosong? Tidak. Setelah Allah merajai setiap
sudut hati. Dia memampukan saya untuk berkarya. Memberi cahaya bagi
hati yang lainnya.
Apakah saya merindukannya? Selalu. Tapi setiap tunas rindu itu tumbuh, saya membunuhnya dengan menyebut nama-NYA.
Dan genap ke 120 hari, kamu mungkin tidak akan pernah melihat kepahitan
di kerut merut wajah lagi. Sebab perempuan yang pernah jatuh dan patah
itu telah memantapkan hati hanya untuk pemilik sejati. Dia tidak sedang
kesepian sebab kekasih sejati selalu datang di sepertiga malam.
Mampukan dirimu untuk merelakan dia yang bukan tujuan. Tidak perlu
risau, jika dia yang Allah takdirkan tidak ada yang bisa membantahnya.
Jika bukan, Allah pasti mengganti yang baik menurut-Nya. Kamu punya banyak sekali waktu, tidak usah terburu-buru. Pada waktunya semua akan datang sendiri padamu.
Kamu yang sedang menanti. Kamu yang sedang berusaha bangkit kembali. Percayakan satu hal, bahwa sebaik-baiknya kebahagiaan adalah mempercayakannya pada Nya.
Selama hati kita sama-sama siap untuk berjuang bersama. Allah pasti
menjodohkan. Namun jika belum menurutNya, setidaknya kita sama-sama
berjuang untuk saling memantaskan diri dan memantapkan hati.
Bahkan saat kamu masih berangan dalam doa berkepanjangan, tidak usah
mempertanyakan setiap doa yang kamu panjatkan tersebut. Sebab Allah
hanya menyatukan ketika Kamu benar-benar siap.
Kini, Berbahagialah wahai hati. Berbenah dirilah,ikhtiar serta berdoa. Sisanya biar semesta yang memutuskan.
Salam untuk(mu)
hipwee.com