Sekarang Kita Memang Tak Bisa Bersama. Tapi Setidaknya, Kita Pernah Bahagia
21.58.00 |
Kamu ingat bagaimana kita
berdua sebelum terikat dengan sebuah hubungan? Ya, pada masa-masa itu
kita penuh kebahagiaan yang tak terkira. Kita sama-sama senang dan
selalu bersemangat menyambut hari demi hari. Kegalauan yang mendera
dapat dengan mudah hilang karena kebersamaan kita mampu menebas rasa
ini.
Tapi kenyataannya kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Ada banyak
tembok penghalang yang harus kamu dan aku lewati. Awalnya kita anggap
hal ini mudah dan sungguh dapat dilalui, namun faktanya tak demikian.
Kita berdua pun memikirkan berbagai cara, tapi ternyata sulit.
Tuhan, kadang aku sering bertanya apakah hubungan ini memang salah?
Hanya karena perbedaan suku lantas aku dan dirinya tak bisa bersatu? Aku
paham apa yang menjadi titik masalahnya dan itu memang merupakan hal
yang cukup rumit. Aku dan dirinya memang pernah bahagia dan hal ini
selalu melekat dalam hati. Mungkin ini adalah anugerah dalam hidup yang
patut disyukuri, terlepas dari hal-hal yang membungkus hubungan ini.
Aku tak peduli pada awalnya. Kamu pun tak melihat warna kulit, logat, dan bentuk wajahku sebagai cela.
Apa yang sudah terjadi dari awal aku tak pernah memedulikannya. Karena
kita berdua memiliki banyak kesamaan dan perbedaan yang semakin mewarnai
hubungan ini. Aku dan kamu sama-sama tak peduli pada perbedaan yang ada
pada fisik maupun kebiasaan daerah asal. Kulitku yang lebih gelap
darimu, logat tak sama, dan bentuk wajah yang berbeda, tak menjadi
halangan bagi kita berdua. Hal tersebut tak menjadi cela pada hubungan
ini dan kita pun menjalaninya dengan bahagia bersama perbedaan itu.
Perbedaan sudut pandang dan budaya justru jadi pemanis. Kita pun
sering tergelak bertukar cerita, menganggap aneh dan lucu kebiasaan satu
sama lainnya
Perbedaan fisik, logat, dan kebiasaan kita sukses menjadi pemanis
sehari-hari. Gelak canda dan tawa saat bertukar cerita senantiasa tak
membuat bosan di antara kita. Hal-hal yang dianggap aneh pada diri
ternyata menjadi salah satu yang disukai kamu dan aku. Tanpa adanya rasa
tersinggung, kita berdua menikmati setiap detik momen kebersamaan.
Karena kita saling mensyukuri apa yang dimiliki dan terjadi sekarang
ini.
Perasaan yang ada dalam diri kita sama, yaitu ingin menyatu dalam sebuah ikatan. Semata-mata karena kita nyaman
Kita kayaknya kok begini banget ya?
Maksud kamu?
Iya, santai banget jalani hubungan.
Ya karena kita sama-sama nyaman, gak perlu ada yang dilebih-lebihkan.
Dari awal bertemu kita telah merasakan gejolak di hati yang mengatakan
bahwa rasa nyaman sudah bersarang. Masih awal bertemu memang, namun tak
disangka kenyamanan itu tumbuh bersama ketika kita sering berinteraksi.
Oleh karenanya kamu dan aku tak salah ingin bersatu, ke dalam sebuah
ikatan. Ya, ikatan itu telah terjalin dan rasa nyaman merupakan faktor
terbesar dalam menentukan keputusan ini.
Tapi ternyata, dunia tak seterbuka yang kita kira. Keluarga dan teman tak semudah itu menerima
Lambat laun dunia yang kita anggap terbuka dalam segala hal ini ternyata
tak demikian halnya. Era modern yang berhasil menguasai dunia tak mampu
mengubah segelintir orang untuk menerima perbedaan. Aku dan kamu pun
tak menyangka, bahwa hal-hal tersebut masih menjadi permasalahan yang
cukup memusingkan. Beragam cara ditempuh, untuk menemukan jalan keluar
terbaik.
Kita dihakimi atas hal-hal yang tak pernah kita pilih sendiri. Lalu akhirnya saling menyakiti
Apa yang terjadi hingga kini masih aku anggap misteri. Ya, karena alasan
yang ada bagiku dan kamu tak masuk akal dan sulit diterima. Kita berdua
pun dihakimi atas hal-hal yang tak dilakukan, toh tidak ada alasan yang
pantas untuk menyudahi hubungan ini. Namun, bagaimanapun juga aku dan
kamu sulit untuk bersama. Lalu pada akhirnya kita berdua pun saling
menyakiti karena hal yang tak pernah diinginkan.
Aku dan kamu pernah bahagia. Dan rasa bahagia kita selalu sama, tidak berbeda
Hai, kamu.
Eh hai, apa kabar?
Baik, kamu sendiri?
Sama. Senang bertemu lagi dengan melihat wajah ceriamu.
Ternyata kita dipertemukan lagi. Setelah hubungan yang pernah berakhir,
Tuhan merencanakan untuk mempertemukan. Tak kusangka dan jujur aku
heran, namun aku sadar bahwa ini memang anugerah Tuhan. Anugerah bahwa
perbedaan yang pernah menjadi titik konflik hubungan kita dahulu
senantiasa menjadi bumbu keharmonisan pertemanan kembali. Saat bertemu
dan bertegur sapa, kita berdua tahu bahwa kebahagiaan yang pernah
terajut tak dapat digantikan. Rasa bahagia itu tetap sama, tak ada
bedanya.
Perbedaan yang pernah memunculkan konflik di antara kita tak menyurutkan
pertemanan ini. Kamu dan aku sama-sama mengetahui bahwa ada jurang
pemisah yang sulit dilalui, meski dahulu pernah kita coba. Beragam cara
dilakukan, namun hasilnya nihil. Ya, saat ini yang kuharapkan hanyalah
kebahagiaan padamu dan diriku yang semakin baik di kemudian hari. Tentu,
yang lebih baik dari rasa bahagia yang pernah kita alami bersama.
hipwee.com