Istri Adalah Tulang Rusuk Bukan Tulang Punggung, Seorang Pendamping Bukan Pembantu
11.34.00 |
Dalam sebuah pernikahan itu
seharusnya dari awal memiliki komitmen yang baik. Saling mengerti dan
memahami antara tugas, hak dan kewajiban suami serta istri. Supaya
tidak terjadi masalah-masalah yang sulit dalam sebuah rumah tangga yang
telah dijalani.
Ketika pagi menyapa dalam keadaan
buta, istri yang Anda cintai sudah terbangun. Ia mempersiapkan semua
keperluan Anda sebelum beranjak kerja, kemudian membangunkan Anda dengan
sentuhan lembut sepenuh cintanya.
Menyiapkan air hangat untuk mandi,
sarapan agar tenagamu penuh, dan pakaian yang telah dicuci bersih,
disetrika rapih, dan disemproti minyak wangi. Iya, istri Anda melakukan
itu sejak hari pertama pernikahan, hingga kini. Silakan hitung, berapa
lama masanya? Berapa banyak yang harus ia korbankan untuk melakukan hal
itu?
Setelah Anda pergi, yang sebelumnya
dilepas dengan doa yang tak putus, senyum yang senantiasa merekah,
wajah yang sumringah, dan salam lembut penuh doa, pahamilah satu hal;
tengah mengantri sekian daftar kerjaan yang harus dikerjakan oleh istri
yang Anda sayangi itu.
Rumah, harus segera dibersihkan.
Mulai menyapu, mengepel lantai, jendela, merapikan kamar tidur, mencuci
piring, pakaian, dan masih banyak pekerjaan ‘remeh’ lain yang tidak
mungkin dan akan sangat melelahkan jika didetail satu persatu.
Setelahnya, ia bergegas untuk
mempersiapkan sarapan anak-anak yang hendak beranjak ke sekolah. Jika
pun hanya satu anak; sadarilah bahwa ia tidak akan mau mengonsumsi
makanan yang sama setiap paginya. Belum lagi jika anak kita lebih dari
satu; pertama nasi goreng, kedua nasi uduk, ketiga lontong sayur, dan
sebagainya.
Bukankah itu amat melelahkan dan
jauh lebih banyak dari tugas Anda di kantor mana pun anda bekerja
dengan jabatan setinggi apa pun?
Lalu, setelah istri Anda
satu-satunya itu seharian menyelesaikan pekerjaan rumahnya, di senja
hari Anda pulang dengan membawa lelah, ia pun harus mempersiapkan diri
dengan penampilan terbaik untuk menyambut Anda.
Pasalnya, jika Anda pulang sementara
keadaannya awut-awutan tak jelas, ekspresi Anda langsung kecut,
cemberut, dan tak ‘berminat’ dengannya!
Maka, jika Anda ingin belajar menjadi suami yang baik, cobalah pahami posisi dan kesibukannya yang padat merayap itu.
Cukup memahami, jika Anda tak kuasa
menggerakkan anggota badan untuk membantu sebab merasa sudah sibuk di
luar dan cukup dengan peran sebagai pencari nafkah.
Dengan pemahaman yang baik, saat
pulang di senja hari saat rumah berantakan itu, minimal Anda tidak akan
mengatakan dengan nada Bos, “Kamu ngapain aja sih? Tahu gak kalau Aku
tuh kelelahan? Seharian mencari nafkah untuk kamu dan anak-anak.
Ngertiin Aku dong!?”
Sebab, istri Anda adalah pendamping hidup, belahan jiwa, penasihat yang bijak; bukan pembantumu!http://irmasekarmelati.blogspot.co.id/2016/06/istri-adalah-tulang-rusuk-bukan-tulang.html